CIREBON, (SC).- Politik memang merupakan wilayah konsep dan praktis,
sifatnya pun sangat luas. Sebagai sebuah konsep, politik tentunya bisa berwujud
sesuatu yang abstrak, namun terkadang bisa juga diukur dengan kriteria-kriteria
tertentu. Sebagai praktis, politik bisa terjadi dalam wilayah kecil sekalipun,
seperti pada Pildes, tetapi juga bisa terjadi pada wilayah yang besar dan luas
seperti pilgub bahkan pilpres. Seperti dinyatakan Harold D lasswell bahwa
politik adalah soal siapa mendapatkan apa, kapan dan dengan cara apa. Maka tak
heran jika dalam banyak kasus misalnya, kerap tejadi bahwa politik atau
kekuasaan seringkali dipraktekan sebagai arena atau alat untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan. Sehingga tidak mengherankan kalau politik atau
kekuasaan sering bermakna “kotor” atau menghalalkan segala acara.
Padahal pada pemaknaan yang lain, politik atau
kekuasaan dalam suatu sistem yang demokratis mempunyai makna dan dipraktekan
secara “positif” dan “rasional”. Dalam system ini politik jelas merupakan alat
untuk menciptakan kesejahteraan umum dan mendukung proses-proses sosial yang
adil dan manusiawi. Dan sejatinya kekuasaan hendaknya tidak menjadi tujuan
Partai Politik, melainkan alat untuk memulihkan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara nyata dan keseluruhan.
Untuk itu, fenomena politik menjadi mindstream yang
menarik dari sebuah gejala sosial khususnya di Jawa Barat mengingat pada 2013
nanti, kursi Gubernur akan menjadi rebutan para elit politik, yang diwakilkan
oleh partai politik, kalangan professional (calon independen). Untuk itu,
fenomena pilgub Jabar secara terbuka tampaknya bakal melahirkan dua persoalan
besar. Pertama Pemilihan Gubernur memiliki
wacana politik tersendiri bagi para calon dan masyarakat pemilihnya. Kedua
pertarungan dalam perebutan suara akan semakin sengit mengingat calon harus
mampu meraup minimal 30% suara. Apalagi dalam satu dapil seperti di dapil 8
kabarnya terdapat 2 sampai 3 calon yang akan maju dalam pilgub nanti.
Berdasarkan informasi yang diserap di lapangan, untuk
di wilayah III Cirebon saja, terdapat 3 calon yang dikabarkan bakal ikut
manggung dalam bursa pencalonan Gubernur Jabar. Pertama mantan Bupati Indramayu
yang biasa akrab disapa Yance, kini menjabat Ketua DPD Partai Golkar Jawa
Barat. Kedua Drs H Dedi Supardi MM, Bupati Cirebon dan ketiga Drs H Aang
Suganda, Bupati Kuningan.
Menariknya, Bupati Cirebon dan Bupati Kuningan adalah
sama-sama kader terbaik dari partai politik yang sama yakni PDI Perjuangan.
Mungkin hanya Yance yang berbeda partai, tapi ketiganya harus siap bertarung
untuk bisa meraih kursi Gubernur Jawa Barat dan melawan kandidat lain yang
diusung partai tertentu termasuk calon dari figur independen yang ada di Jawa
Barat. Mungkinkah ketiga figur asal wilayah III Cirebon ini salah satunya mampu
melenggang ke kursi Gubernur? Tentu jawabnya tergantung bagaimana persiapan partai
politik dalam memobilisasi massa konstituennya dan seberapa jauh figuritas itu
mampu mengambil hati rakyat Jawa Barat.
Wakil Bupati Cirebon, H Ason Sukasa, SmHk yang juga
Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Cirebon saat ditanya soal pencalonan Yance di
Jawa Barat menegaskan bahwa itu adalah haknya pak Yance sebagai warga Jawa
Barat dan kader Partai Golkar. Tapi semua belum bisa dijawab karena masih jauh,
lagi pula kami di pemertintah harus netral. Nanti kita lihat saja karena
sekarang baru tahap survey dan belum ada hasil konkritnya. “Soal pencalonan itu
adalah hak pribadi boleh saja, tapi Golkar di daerah belum bisa bicara banyak
karena memang itu baru keinginan pribadi pak Yance maju dalam Pilgub Jabar,
kalau di pihak Parti Golkar pusat belum diputuskan karena masih dalam tahap
survey oleh salah satu lembaga, nanti kita lihat saja, karena saya tidak ingin
bicara yang berandai-andai,” tegasnya.
Sementara menurut Tetty Kadi, Anggota DPR RI,
menyatakan bahwa di Golkar memiliki tahapan Mekanisme tersendiri dalam soal
pencalonan, lalu akan dilihat aksesbilitasnya, kemudian juga akan dilakukan polling
terlebih dahulu. Memang Yance adalah seorang kader terbaik di Jawa Barat dan
kita bisa melihat berbagai keberhasilan di Indramayu ketika beliau masih
manggung sebagai Bupati Indramayu.
“Sebenarnya kita belum berbicara soal ini, karena ini
belum apa-apa, kita masih melakukan survey dulu, dan di Golkar sekarang tidak
ada konvensi seperti dulu yang ada adalah survey atau polling. Hal ini penting
untuk melihat kemampaun figuritas calon tersebut. Dan di tahun ini Golkar
justru tengah konsentrasi dalam meluncurkan sebuah program Karya Kekaryaan,
yang artinya bagaimana Golkar bisa berkarya di tengah-tengah masyarakat,
Makanya Golkar sekarang tengah melakukan berbagai kegiatan di internal partai,”
ujarnya saat mengikuti acara Rakerdes di gedung Islamic Centre, Tuparev, Kabupaten
Cirebon, belum lama ini.
Sedang menurut Pengurus Partai Golkar Jawa Barat,
juga Anggota DPRD Provinsi Jabar dari dapil 8, Hj Ganiwati SH, menyatakan akan
mendukung sepenuhnya pencalonan pak Yance, jika nanti sudah di plenokan, namun
skrg belum dilakukan karena baru melakukan survey, sekalipun masih kalah dengan
Heriyawan dan Dede Yusuf, namun hasil survey itu belum final karena masih
berjalan. Sekalipun demikian, Partai Golkar pada tahun sebelumnya menang di
Jawa Barat walau pada tahun ini harus puas di posisi ke dua. Namun demikian
Partai Golkar tetap solid dan terus melakukan mobilisasi programnya kepada
konstituen dan masyarakat Jawa Barat. Agar Golkar tetap mampu berbaur dan
berada di tengah-tengah masyarakat dengan karya nyatanya.
“Saya fikir kita belum pleno dan program saat ini
masih dalam tahap survey dan kita harus tahu dulu hasil akhirnya, karena ini
menyangkut soal figuritas, tetapi kita percaya bahwa Pak Yance adalah sosok
yang berpengalaman dan tangguh. Apalagi bisa kita lihat ketika beliau masih
duduk sebagai Bupati Indramayu, betapa banyaknaya perhatian Pak Yance kepada
rakyatnya sehingga di Indramayu pada kepemimpinan beliau bisa maju. Ya jadi
soal Pilgub Jabar sekali lagi kita baru tahap survey dan Insya Allah Golkar
pasti menang,” tegasnya kepada Suara Cirebon.
(Cak Din/SC)
0 komentar
Posting Komentar